Nobel kimia diberikan untuk penemu metode pengikat atom karbon. Industri farmasi dan elektronik memanfaatkan temuan ini.
Malam masih menyimpan pekatnya di cakrawala Indiana, Amerika Serikat. Ei-ichi Ne-gishi yang masih tidur langsung terjaga ketika telepon di rumahnya berdering. Mimpi setengah abad lalu langsung terkenang setelah dia menerima telepon dari Komite Nobel pada Selasa lalu. Komite ini memang mengumumkan bahwa Richard Heck, 79 tahun, Ei-chi Negishi (75), dan Akira Suzuki (80) sebagai penerima Nobel Kimia 2010.
"Penghargaan Nobel menjadi mimpi saya ketika saya berusia 20-an," ujar Negishi, profesor kimia di Purdue University, kepada wartawan. Pada 1960-an, bersama dua penerima Nobel kimia lainnya, dia menemukan metode yang disebut palla-dium-catyzed cross coupling. Saat ini, ujarnya, dia baru mencapai separuh cita-cita dan akan bekerja beberapa tahun lagi.
Kepada wartawan, Heck mengenang bahwa awalnya penelitian tentang atom karbon seperti pekerjaan yang tak ada habisnya. "Tidak jelas apakah berhasil atau tidak," kata pensiunan profesor dari University of Delaware itu. Belakangan, temuan Heck, Negishi, dan Suzuki (profesordari Hokkaido University) mengenai teknik merangkai atom-atom karbon yang disebut palladium-catalyzed cross menjadi salah satu metode terbaik yang banyak dipakai di berbagai industri.
Metode ini memungkinkan para ahli kimia mengikat atom karbon, suatu tahapan kunci dalam proses pembuatan molekul-molekul kompleks. "Metode mereka sekarang digunakan di dunia untuk produksi farmasi secara komersial, termasuk potensinya untuk pembuatan obat kanker dan molekul untuk membuat peranti elektronik," demikian pernyataan resmi yang disebarkan Royal Academy Swedish of Sciences.
Menurut Claes Gustafsson, salah satu anggota Komite Nobel, sekitar 25 persen reaksi kimia di industri farmasi saat mi menggunakan me tode palladium-catalyzed cross. Metode mereka awalnya meniru molekul pembunuh kanker, yang secara alami ditemukan pada spons di laut. Mereka juga mengembangkan antibiotik yang melawan bakteri resistan dan sejumlah obat komersial, antara lain an-ti-inf alamasi naproxen.
Sejak beberapa tahun ini, metode mereka diterapkan bagi industri elektronika untuk membuat LED. Komponen ini menjadi komponen pilihan untuk layar tipis monitor komputer dan televisi.
Komite Nobel menjelaskan bahwa kimia organik telah berkembang menjadi sebuah bentuk seni, yakni para ilmuwan menghasilkankreasi yang mengagumkan dalam sebuah tabung reaksi. Manusia memanfaatkan karya mereka dalam bentuk obat-obatan, peralatan elektronik, dan bahan-bahan untuk teknologi canggih.
Kimia organik berbasis karbon menjadi salah satu dasar kehidupan dan bertanggung jawab atas berbagai fenomena alam yang menarik, mulai warna bunga, racun ular, hingga zat-zat pembunuh bakteri. Kimia organik akhirnya memungkinkan manusia untuk membuat obat-obatan dan bahan revolusioner seperti plastik.
Memang, untuk menciptakan bahan kimia yang kompleks tersebut, para ahli harus menggabungkan atom karbon dengan kondisi yang stabil dan tak mudah bereaksi satu dengan lainnya. Metode yang pertama kah digunakan ahli kimia didasarkan pada berbagai teknik untuk mengubah karbon lebih reaktif.
Metode ini dapat bekerja ketika membuat molekul sederhana. Namun ketika sintesis dilakukan pada molekul yang lebih kompleks, ternyata berakhir dengan kegagalan dalam tabung reaksi."Metode palladium-catalyzed cross ini memecahkan masalah dan melengkapi ahli kimia dengan alat yang lebih tepat dan efisien," tulis Komite Nobel dalam pernyataannya. Dalam reaksi Heck, reaksi Negishi, dan reaksi Suzuki, atom karbon bertemu pada suatu atom palladium.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar